Translate this page from Indonesian to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Senin, 12 Januari 2009

Kerusakan Komunikasi Verbal

Kerusakan komunikasi verbal (impaired verbal communication) didefinisikan sebagai suatu kondisi menurunnya, rusaknya, atau tidak adanya kemampuan untuk menerima, memproses, mengirim dan menggunakan suatu sistem lambang dalam berkomunikasi (NANDA, 2005).



Masalah kerusakan komunikasi verbal seringkali dirawat dirumah sakit sebagai akibat dari adanya masalah pada gangguan proses pikir, dalam hal ini adalah waham. Waham secara umum digolongkan sebagai salah satu bagian dari masalah skizoprenia. Penderita skizofrenia sering mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi sosial, menghadapi masalah yang berhubungan dengan keterampilan interpersonal, memiliki keterampilan sosial yang buruk dan mengalami defisit fungsi kognitif. Termasuk dalam hal ini adalah kerusakan dalam melakukan komunikasi secara verbal. Hatfield (1998) dalam Hidayat (2005) mengatakan, sekitar 72% penderita skizofrenia mengalami isolasi sosial dan 64% tidak mampu memelihara diri (makan mandi dan berpakaian harus dibantu) ) (http:\\www.pikiranrakyatcybermedia.webmail, diperoleh tanggal 21 April 2006).

Keterampilan sosial penderita buruk, umumnya disebabkan karena onset dini penyakitnya, penilaian yang salah terhadap interaksi sosial, kecemasan yang tinggi dan gangguan pemrosesan informasi (Hidayat, 2005, http:\\www.pikiranrakyatcybermedia.webmail, diperoleh tanggal 21 April 2006). Skizofrenia didefinisikan sebagai penyakit organ otak yang secara serius mengganggu kemampuan berpikir dan berhubungan dengan orang lain. Penyakit ini mempengaruhi cara otak menerima dan menafsirkan informasi. Umumnya, pasien skizofrenia mengalami kesulitan membedakan antara khayal dan kenyataan, sering tidak tanggap, menyendiri, dan tidak melakukan kehidupan bermasyarakat.

Diagnosa pada seseorang yang diduga mengidap skizofrenia dibuat berdasar gejala yang menunjukkan ciri skizofrenia. Gejala-gejala yang berkaitan dengan fungsi dan proses berpikir dimasukkan dalam gejala kognitif. Gejala kognitif yang seringkali muncul adalah gangguan atau mengalami kesulitan berkonsentrasi, kesulitan belajar, kesulitan memusatkan perhatian, kesulitan mengingat, kesulitan mengorganisasikan dan melaksanakan ide atau suatu pemikiran. Seorang penderita skizofrenia akan mengalami kesulitan membuat keputusan. Bahkan, keputusan yang dibuat pun bukan merupakan sesuatu yang menjadi minat dan keinginannya (idionline/dtkhealth) (Chandra, 2005, http://idionline.org/infoidi-isi.php?news_id=766, diperoleh tgl 2 May 2006).

Skizoprenia dan gangguan waham sering berlanjut pada lansia atau sebagai suatu manifestasi dari diri mereka sendiri untuk hanya pertamakali selama proses kematangan (Townsend, 2005). Dalam hal ini gejala perubahan kognitif juga sering terjadi pada seseorang yang telah mengalami proses penuaan. Pada kondisi lebih lanjut gangguan proses pikir akan dialami oleh lansia. Dampak selanjutnya yang akan dialami oleh lansia adalah terjadinya kerusakan dalam berkomunikasi secara verbal. Proses penuaan mengakibatkan terganggunya berbagai organ di dalam tubuh seperti sistem gastro-intestinal, sistem genito-urinaria, sistem endokrin, sistem immunologis, sistem serebrovaskular dan sistem saraf पुसत

Perubahan yang terjadi pada otak mulai dari tingkat molekuler, sampai pada struktur dan fungsi organ otak. Akibat dari perubahan tersebut maka antara lain akan terjadi penurunan peredaran darah ke otak pada daerah tertentu dan gangguan metabolisme, neurotransmiter, pembesaran ventrikel sampai akhimya terjadi atrofi dari otak dan berat otak mengalami pengurangan kurang lebih 7% dari berat sebelumnya. Akibat di atas, maka fenomena yang muncul adalah perubahan struktural dan fisiologis, seperti sulit tidur, gangguan perilaku, gangguan seksual dan gangguan kognitif (Depkes, 2002, http://www.depkes.go.id/downloads/Keswa_Lansia.pdf, diperoleh tanggal 2 May 2006).

Berdasarkan gejala-gejala yang telah dipaparkan diatas, dapat dijelaskan bahwa pada pasien yang mengalami waham pada umumnya mengalami kerusakan komunikasi verbal। Hal ini terkait dengan gangguan kognitif yang dialaminya secara umum dapat dikategorikan dalam kerusakan pemrosesan terhadap informasi। Pada seorang lansia yang juga mengalami masalah waham, seringkali mengalami kerusakan komunikasi verbal. Menurut Townsend (2005) karakteristik pasien yang mengalami masalah tersebut diantaranya adalah kehilangan asosiasi ide, neologisme, bahasa gado-gado, tidak mampu berpikir secara abstrak, adanya clang assosiation, serta kurang adanya kontak mata.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka banyak sekali hal yang perlu dipertimbangkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan kerusakan komunikasi verbal। Asuhan keperawatan yang berkualitas akan sangat ditentukan oleh upaya perawat dengan kemampuan critical thinking yang memadai. Dalam hal ini perawat mampu melakukan suatu modifikasi secara fleksibel untuk memutuskan tindakan perawatan yang tepat dan sesuai dengan kondisi serta permasalahan yang dihadapi pasien.

Tindakan yang diberikan oleh perawat tentunya akan terkait erat dengan kemampuan dalam memberikan suatu terapi keperawatan. Hal ini hanya dapat diberikan oleh perawat dengan kemampuan spesialis. Salah satu jenis terapi yang dapat diberikan pada pasien lansia dengan masalah kerusakan komunikasi verbal adalah dengan biblioterapi serta terapi perilaku dengan tehnik modifikasi perilaku. Sedangkan untuk terapi yang terkait dengan keluarga adalah terapi dengan tehnik triangle.

Selain fungsi mandiri seperti yang telah dijelaskan diatas, maka fungsi kolaborasi juga dilaksanakan oleh perawat. Kolaborasi dalam hal ini akan berhubungan dengan penegakan diagnosa medis serta pemberian terapi psikofarmaka yang sesuai dengan kondisi pasien. Pasien dengan kerusakan komunikasi verbal tidak terdapat dalam penggolongan dan penetapan diagnosa medis. Namun masalah tersebut merupakan bagian dari adanya gangguan proses pikir: waham, sehingga penggolongan diagnosa medisnya berada pada gangguan mental psikotik terutama pada masalah skizoprenia. Dengan demikian, psikofarmaka yang diberikan pada pasien pun akan terkait dengan obat antipsikotik.

(noviebsuryantodes08)

0 komentar: